Selasa, 07 Mei 2013

Kehidupan Anak MAPALA

Jangan Bilang Kami Manusia Tak Mengerti Hidup

Mahasiswa Pencinta Alam, begitu orang mengenal dan sering juga disingkat menjadi MAPALA. Mapala alias mahasiswa pencinta alam sering dikaitkan dengan kebrutalan dan ketidak-teraturan. Pakaian yang tak jelas, bergaya seadanya, dan bisa heboh dimanapun berada; telah nenjadi bagian dari keseharian kami. Akronim "MAPALA" juga diplesetkan menjadi "Mahasiswa Paling Lama".

Begitukah kami . . . ?
Apakah kami benar-benar dididik untuk brutal . . . ?

Kegiatan kami didasari atas dasar hobi berkegiatan di alam bebas. Kebanyakan mahasiswa yang bergabung, pada awalnya didasari beberapa alasan : keinginan untuk mengenal mapala, kesukaan terhadap kehidupan masuk hutan-keluar semak, dan dasar aneh, yang beberapa diantaranya disebabkan keinginan untuk mengenal anggotanya, kebetulan banyak yang ganteng dan cantik. . ...hehe.

Kami tidak pernah diajarkan dan belajar untuk brutal. Kami hanya belajar dan diajarkan untuk megalahkan rasa takut dan mengikuti kata hati. Ini semua bukan tanpa alasan. Karena dalam pergerakannya, lembaga cinta alam, begitu sering dikenal selalu berkegiatan di alam bebas. Kerasnya kehidupan di alam, dinginnya puncak gunung, dan kelamnya gua, menjadi sesuatu yang tak bisa dipisahkan dari kami.  Kami tidak mengenal siang atau malam, kami juga tak mengenal hujan atau panas terik.

Walaupun sebenarnya, sebagian besar dari kami, merasakan itu semua : rasa takut, kedinginan, dan ngerinya kegelapan. Tapi, sebagian besar berusaha menikmatinya. Alam-lah yang lebih banyak membentuk kami. Alam-lah yang mengajarkan kepada kami tentang rasa takut. Alam juga yang memaksa kami untuk menaklukannya. Jika tidak, kami yang akan dibuang oleh sesuatu yang kami cintai.